Arsip Kategori: Active Learning

Mengenal Desain Mundur (Backward Design) dalam Perancangan Pembelajaran


back

Guru adalah perancang. Tindakan paling penting dalam profesi kita adalah merancang kurikulum dan pengalaman belajar untuk memenuhi tujuan tertentu. Kita juga menjadi perancang penilaian untuk mendiagnosa kebutuhan siswa sebagai panduan dalam mengajar dan memungkinkan guru, siswa kita, dan pihak lain (orang tua dan administrator) untuk menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai.

Seperti profesi desainer lainnya, seperti arsitek, insinyur, atau desainer grafik, perancang di bidang pendidikan haruslah mengerti benar tentang audiens mereka. Para profesional dalam bidang ini haruslah berpusat pada klien. Efektifitas rancangan akan akan sangat berkorelasi apakah mereka telah memenuhi tujuan/capaian dari klien mereka atau tidak. Jelasnya, siswa adalah klien utama kita, mengingat bahwa efektivitas kurikulum, penilaian dan rancangan pembelajaran sangat ditentukan dengan prestasi pembelajaran yang diinginkan.

Baca lebih lanjut

Apa Perbedaan Utama PjBL dengan Model Pembelajaran Lainnya?


Siswa tengah melakukan penyelidikan terhadap masalah yang ada di sekitar lingkungan sekolah mereka

Siswa tengah melakukan penyelidikan terhadap masalah yang ada di sekitar lingkungan sekolah mereka

Ada sebuah pertanyaan yang sering sekali dilontarkan oleh peserta pelatihan IntelTeach Essentials Course (Project Based Learning), yaitu “Apakah perbedaan utama dari Project Based Learning (PjBL) dibandingkan dengan Problem Based Learning (PBL) atau model-model pembelajaran lainnya?”.

Sebenarnya saya pernah menulis tentang perbedaan ini, khususnya mengenai perbedaan Project Based Learning dan Problem Based Learning disini, namun ada baiknya juga saya memberikan penjelasan yang lain, agar pembaca mendapatkan gambaran yang semakin jelas.

Baca lebih lanjut

Temu Guru Inovatif #1 Ajang Berbagi Praktik Terbaik Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran


Para guru inovatif pasti punya “resep rahasia” agar pembelajaran yang disampaikan jadi menarik, bermakna dan lebih melibatkan peserta didik. Resepnya tidak melulu tentang penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di kelas, namun lebih pada aspek pedagogisnya. Untuk memfasilitasi para guru mendapatkan inspirasi dari para guru inovatif, maka Edukasi101 yang didukung oleh Microsoft Partners in Learning menyelenggarakan kegiatan bertajuk “Temu Guru Inovatif”.

Untuk pertama kalinya, ajang ini diselenggarakan di laboratorium komputer Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tanggal 20 Juli 2013 bersamaan dengan kegiatan tahunan Pesantren IT. Kegiatan yang diorganisir oleh komunitas PojokPendidikan ini mengundang dua orang guru inovatif dari Jawa Barat yaitu Taufik Ibrahim (SMPN 14 Depok) dan Firman Apriandi (SDN CIsolok). Saking menariknya, ruangan seminar pun penuh sesak dihadiri oleh sekitar 50 an pendidik yang berasal dari kota Bandung dan sekitarnya.

Baca lebih lanjut

Kelase.Com, Free Private Social Network and Online Classroom for Your Educational Institution


Kelase-Screenshot-1

Internet users must be familiar with social networking services like Facebook which is so famous. Within Facebook, you can connect with friends, familiy and unknown people from all over the world. Kelase (from Javanese, which means “class”) has the primary function similar to Facebook, which is equally as social networking. The difference is, Kelase reserved for educational institutions, meaning that Kelase can only be accessed by members of the educational institutions itself (educators / teachers, parents and students). Services like this are usually called as a private social network (private social network).

With Kelase, your educational institution (schools, colleges, and non-formal education institutions) can have its own Facebook. School members can easily communicate using a computer/laptop, smartphone or tablet because Kelase specifically designed for mobile use. Kelase very safe for the children because it is private, where they will only communicate with members of the school, not with strangers as is commonly done with common and open social networking services.

Baca lebih lanjut

Mengenal Kelase.Com, Layanan Gratis Jejaring Sosial dan Kelas Online untuk Institusi Pendidikan


Kelase-Screenshot-1

Pengguna internet pasti sudah tidak asing lagi dengan layanan jejaring sosial Facebook yang begitu mendunia. Dengan Facebook, kita dapat terkoneksi dengan teman, saudara dan orang lain yang sebelumnya belum kita kenal dari seluruh penjuru dunia. Kelase (dari bahasa jawa yang artinya “kelasnya“) memiliki fungsi utama yang sama dengan Facebook, yaitu sama-sama sebagai jejaring sosial. Bedanya, Kelase diperuntukkan bagi institusi pendidikan sehingga bersifat terbatas, artinya hanya dapat diakses oleh anggota institusi pendidikan tersebut (pendidik/guru, orang tua dan siswa). Layanan seperti ini biasanya disebut sebagai jejaring sosial privat (private social network).

Dengan Kelase, institusi pendidikan Anda (sekolah, perguruan tinggi, dan institusi pendidikan non-formal) dapat memiliki Facebook sendiri. Anggota sekolah dapat dengan mudah berkomunikasi dengan Kelase menggunakan komputer/laptop, smartphone maupun tablet karena memang kelase dirancang khusus untuk penggunaan mobile. Karena sifatnya yang terbatas (lingkup institusi) maka Kelase sangat aman bagi anak-anak, dimana mereka hanya akan berkomunikasi dengan anggota sekolah saja, tidak dengan orang asing seperti yang biasa dilakukan dengan jejaring sosial umum/terbuka.

Baca lebih lanjut

[Kelas Inspiratif] Melihat Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek di SDN Jetis 02 Gunung Kidul


Siswa Membandingkan Udara yang Bersih dengan Udara Kotor

Siswa Membandingkan Udara yang Bersih dengan Udara Kotor

Rekan-rekan pembaca blog ini tentu penasaran seperti apa sih penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) di kelas sebenarnya. Sebagai contoh, saya menghadirkan sebuah hasil pendampingan berbasis sekolah yang dilakukan para Widyaiswara LPMP Yogyakarta (yang sebelumnya telah dilatih oleh Intel Education Indonesia) kepada guru-guru di SDN Jetis 02 Gunung Kidul, Yogyakarta di Tahun 2010. Meski kegiatan ini sudah lama dilakukan, dengan ulasan ini harapannya mampu memberikan gambaran bagaimana kegiatan pembelajaran tematik dan kontekstual dapat dilakukan di kelas.

Pembelajaran bertema “Lingkunganku Kotor, Paru-Paruku Bocor”, untuk mata pelajaran utama Ilmu Pengetahuan Alam ini mengajak para siswa untuk melakukan penelitian tentang alat pernafasan dan gangguan alat pernafasan yang disebabkan oleh pencemaran udara yang ada di lingkungan sekitar mereka. Langkah-langkah pembelajaran dijelaskan secara detail dalam ulasan berikut.

Baca lebih lanjut

Widyaiswara P4TK Matematika Belajar Merancang Pembelajaran Berbasis Proyek Bersama Intel Education


Pembukaan Pelatihan Project Based Learning di P4TK Matematika

Pembukaan Pelatihan Project Based Learning di P4TK Matematika

P4TK Matematika bekerjasama dengan Intel Education Indonesia menyelenggarakan lokakarya “Perancangan Pembelajaran Berbasis Proyek” atau “Intel Teach: Essentials Course” bagi 20-an Widyaiswara. Lokakarya yang diselenggarakan untuk menyambut rencana Kemdikbud, yang akan segera mengimplementasikan Kurikulum 2013 tidak lama lagi ini diselenggarakan di ruang ICT kantor P4TK Matematika di Yogyakarta dari tanggal 26-28 Maret 2013.

Dalam lokakarya tiga hari yang difasilitasi oleh Winastwan Gora, para peserta belajar melakukan perancangan pembelajaran berbasis proyek dengan model pelatihan menggunakan pendekatan berbasis proyek juga, dimana para peserta akan berperan menjadi perancang kurikulum, dan secara berkelompok akan berkompetisi membuat ide proyek dengan framework GRASPS (Goal, Role, Audience, Situation, Products dan Standard), mengembangkan pertanyaan pemandu (driving questions), membuat publikasi proyek dalam presentasi multimedia, mengembangkan rancangan unit (unit plan), memproduksi contoh karya siswa beserta salah satu contoh instrumen penilaian berupa rubrik.

Baca lebih lanjut

Ternyata PAKEMATIK Diteliti oleh Mahasiswa UPI Lho!


Perjuangan sebuah tulisan tidak hanya terhenti ketika orang membaca dan terinspirasi, tetapi perjuangannya berhasil ketika terjadi perubahan nyata karena tulisan tersebut – Winastwan Gora

Pada saat surfing di Google siang tadi saya menemukan beberapa tulisan dari orang lain terkait dengan PAKEMATIK (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan Memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi), sebuah buku yang pernah saya tulis beberapa waktu lalu bersama sahabat saya Pak Sunarto. Saya sangat senang karena ada pihak yang telah melakukan penelitian terhadap impact dari PAKEMATIK di dalam kelas nyata. Baca lebih lanjut

Memikirkan TIK untuk Sekolah di Wilayah Terpencil


Para siswa di daerah terpencil harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pengalaman belajar yang kaya dengan pemanfaatan TIK meskipun terbatas, agar mereka memiliki keterampilan untuk menghadapi tantangan global di masa mendatang

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan untuk berbagi pengetahuan kepada 130 an kepala sekolah SD-SMP Satu Atap dari seluruh Indonesia dalam acara lokakarya Bimbingan Teknis Sekolah Satu Atap yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Acara lokakarya satu hari yang diadakan di Hotel Grand Permata Bandung ini bagi saya sangat menarik, mengapa? Ayo simak tulisan selanjutnya. Baca lebih lanjut

Bagaimana Membuat Alat Evaluasi Kompetensi Pemecahan Masalah? [Menjawab Pertanyaan dari Fitria Hima Mahligai]


Metode IDEAL untuk Pemecahan Masalah

Setelah mempublikasikan tulisan saya tentang perbedaan Project Based Learning dan Problem Based Learning, sebuah pertanyaan datang pagi ini dalam fasilitas komentar blog saya.

Pertanyaan datang dari Ibu Fitria Hima Mahligai seorang guru SMP di Pemalang, Jawa Tengah. Beliau ini merupakan rekan kerja saya dulu di proyek DBE2 USAID. Berikut adalah pertanyaannya:

Dear Pak Gora,
Terima kasih saya jadi tambah paham. Di sekolah tempat saya mengajar, Bapak & Ibu guru masih banyak yang bingung untuk membuat alat evaluasi kompetensi pemecahan masalah. Saya sudah mengenalkan model-model pembelajaran yang mengintegrasikan TIK, di situ banyak model yang bisa dikombinasi untuk mengasah kompetensi pemecahan masalah siswa. Tapi bukti-bukti hasil belajar siswa misalnya yang berupa peta konsep, lembar kerja atau produk penelitian siswa belum bisa diterima (dianggap belum cukup) sebagai bukti untuk memberikan penilaian. Sehingga jadi enggan menggunakan pembelajaran yang lebih high ordered thingking tadi. Selalu larinya ke soal-soal cerita saja. Bagaimana pendapat Pak Gora atau rekan-rekan? Padahal misinya adalah meningkatkan kompetensi siswa agar menjadi insan bermutu tinggi.

Baca lebih lanjut