Arsip Bulanan: Agustus 2007

Provokator Teknologi, Bertugas Mem”bumi”kan Teknologi


Beberapa tahun yang lalu gaung teknologi Internet, Wireless Networking, VOIP dan GNU/Linux belumlah apa-apa tanpa campur tangan para provokator teknologi seperti Onno W. Purbo (juga teman-teman yang lain) dan berbagai Yayasan yang begitu konsen mensosialisasikan dan memperkenalkan teknologi tersebut ke masyarakat. Saat ini setiap orang dapat menikmati dan menggunakan teknologi diatas berkat kegigihan para provokator tersebut. Mereka (para provokator teknologi) rela turun ke lapangan, bertemu dengan orang-orang yang membutuhkan ilmu, memberi materi, menjawab berbagai pertanyaan dan senantiasa mencari alternatif-alternatif teknologi agar masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

Tanpa provokator teknologi, maka teknologi yang telah dibuat hanya akan tersimpan dan diketahui oleh orang-orang “langit” saja, alias orang yang memang berkecimpung di bidang tersebut. Teknologi yang telah dihasilkan membutuhkan provokator teknologi agar “membumi” alias menjadi milik orang “bumi”, agar diaplikasikan dan dapat digunakan oleh mereka-mereka.

Anda ingin bergabung menjadi “provokator teknologi”, bisa saja! yang penting memiliki komitmen dan konsistensi. Komitmen untuk menyebarkan ilmu demi kepentingan masyarakat dan konsistensi dalam bidang keilmuan. Tak perlu harus berasal dari background Teknologi Informasi, namun Anda harus benar-benar faham tentang keilmuan yang “provokatori” biar ngga “ngisin-ngisini”. Juga harus diingat bahwa ketika berbicara dengan audience nantinya, kita harus menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka, jangan sampai mereka jadi tambah pusing ketika menerima materi dari Anda. Lain ketika Anda berbicara dengan sama-sama orang langit, berbicara dengan bahasa langit, ya…no problem, tapi ketika berbicara dengan orang “bumi” kita harus membiasakan diri menggunakan istilah-istilah yang umum bahkan perumpamaan-perumpamaan ringan.

Jangan takut dicibir! Jangan mudah menyerah! Teruslah berprovokasi! itulah spirit provokator teknologi…. Nantinya ketika Anda berprovokasi akan ada cibiran dari orang-orang “langit” bahwa yang Anda provokasikan adalah hal yang sepele dan gampang.. Untuk menghadapi hal ini tenang saja.. Lakukan terus tugas Anda karena kerja ini lebih mulia dibanding menyembunyikan apa yang dimiliki tanpa mau berbagi dengan yang lain…

Pilih banyak media untuk menyebarkan provokasi Anda, bisa menggunakan Blog, Membuat E-Book, dan Media Massa. Kemudian jalin kerjasama dengan banyak pihak yang dapat mendukung kerja Anda, seperti perusahaan telekomunikasi, komputer dan lainnya. Kerjasama ini diperlukan untuk memperoleh berbagai bantuan sehingga Anda tidak perlu mengerjakan semuanya sendiri. Selamat ber-provokasi!, kami menunggu provokator-provokator teknologi baru! [The Indiebrainer]

Mediabrain Studio, Menyebarluaskan Ketrampilan E-Learning dan Multimedia Lewat Berbagai Workshop


Sudah beberapa bulan ini saya memutar otak supaya kinerja saya di bidang workshop e-learning dan multimedia menjadi lebih profesional. Akhirnya setelah melalui proses panjang saya memutuskan untuk membuat sebuah usaha baru bernama Mediabrain Studio dengan tagline “E-Learning and Multimedia Skill Development”. Namun usaha ini belum dapat dikatakan sebagai Lembaga Pendidikan Ketrampilan (LPK) mengingat usaha ini belum saya buatkan badan hukum, namun saya memberanikan diri untuk memulai terlebih dahulu (daripada dipendam dalam mimpi 🙂 ). Mediabrain menawarkan dua model Workshop, yaitu INHOUSE TRAINING dan PRIVATE TRAINING. Model INHOUSE pelatihan dan workshop dilaksanakan di tempat peserta (universitas dan sekolah masing-masing) sedangkan model PRIVATE dilaksanakan di Mediabrain Studio.

Usaha ini bukan semata-mata bisnis, pertama yang saya pikirkan adalah kenapa selama ini hanya ada satu lembaga saja yang konsen menyelenggarakan workshop e-learning, yaitu SEAMOLEC, namun harga yang ditawarkan kayaknya masih belum terjangkau. Padahal e-learning dan multimedia untuk pembelajaran sangat bagus apabila dapat diterapkan di lembaga pendidikan. Nah lewat lembaga ini saya mencoba untuk memberikan solusi supaya semua pihak dapat mendapatkan ketrampilan dalam e-learning dengan biaya terjangkau.

Dengan membawa nama Mediabrain Studio ini saya telah memulai untuk berkeliling menyelenggarakan workshop E-Learning, bulan kemarin ada dua tempat yang meminta kami untuk menyelenggarakan workshop yaitu Fakultas Farmasi dan IESP (Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

Sebenarnya capek juga berkeliling ke berbagai tempat, namun semangat untuk menyebarluaskan ketrampilan e-Learning itulah yang membuat kami tetap enjoy ditambah antusiasme peserta workshop yang sebagian besar berusia 40-50an tahun (lebih banyak dosen senior yang ikut dibanding yuniornya) membuat kami tetap bersemangat. Untuk informasi lebih lanjut mengenai program workshop yang ditawarkan, silahkan buka : http://mediabrain-studio.com atau berkirim surat ke alamat : info [at] mediabrain-studio [dot] com

Sweeping Selesai, Ya Balik Lagi ke Windows Bajakan


Kalo ngga begitu yaa bukan Indonesia namanya..he..he.. Ya, beberapa hari yang lalu ketika sweeping software berlangsung di toko komputer, lembaga kursus dan warnet maka mereka yang di-sweeping beramai-ramai untuk melakukan migrasi ke GNU/Linux. Waktu itu saya menyangka kalau sweeping yang dilakukan pihak kepolisian kali ini akan membawa dampak positif bahwa penggunaan software opensource akan meluas, namun hal itu hanya impian belaka. Banyak dari toko komputer dan warnet yang kembali lagi menggunakan software bajakan setelah sweeping selesai. Ah..sama juga ternyata… [The Indiebrainer]

Sweeping, Kenapa Harus Tutup?


Siang tadi saya berniat untuk membeli kipas prosesor merek ThermalTake, namun malang menjemput, tidak ada satupun toko komputer buka. Akhirnya dengan tangan hampa saya pulang tanpa hasil. Nanya ke temen-temen yang punya bisnis toko komputer, ternyata sampai tanggal 15 Agustus mereka tidak berani buka dan berjualan, dikarenakan adanya sweeping dari pihak kepolisian. Hah? Kenapa mesti tutup? pertanyaan itu yang langsung hinggap di otakku.

Padahal seingatku, teman yang punya toko komputer pernah cerita bahwa tiap bulannya dia selalu ditarik “upeti”, yang katanya untuk uang keamanan agar tidak kena razia software ilegal. Upeti itu katanya disetorkan ke Polsek, Polres dan Polda, yang besarannya mencapai 500 ribuan sebulannya. Tapi kenapa saat ini mereka masih merasa takut? Kalo sudah bayar upeti mestinya mereka tidak harus takut menghadapi razia, betul tidak?

Saya menganggap inilah buah ketergantungan kita, yang terlalu lama bergantung dengan software illegal. Karena ketidak-siapan dari toko komputer akhirnya mereka harus tutup selang beberapa waktu, padahal kalo mereka jauh-jauh hari telah familiar dengan solusi Free Open Source Software (FOSS) maka mereka tidak perlu takut lagi dengan hal seperti ini.

Masih mending warnet-warnet di sekitar tempat tinggalku, mereka hanya tutup beberapa hari untuk mempersiapkan migrasi, setelah migrasi selesai mereka buka seperti biasa. Malam ini saya coba ngenet di salah satu warnet yang berhasil migrasi, lumayan juga, mereka memakai Ubuntu 7.04 di client dan Indobilling untuk billing warnet nya. Kadang untuk bisa memang perlu untuk dipaksa… Sweeping seperti sekarang inilah yang saya nanti-nantikan supaya FOSS lebih merakyat dan ketergantungan terhadap propertiary software dapat dikurangi… Selamat menempuh hidup baru! [The Indiebrainer]

Ayo Ngomongin Video Lagu Kebangsaan Indonesia Asli by Roy Suryo


Pagi ini (4/8/07) saya kaget waktu membaca harian Suara Merdeka, di halaman kedua terdapat berita tentang naskah asli lagu kebangsaan Indonesia Raya yang telah ditemukan di server Belanda. Lengkapnya seperti ini, diberitakan bahwa roy suryo berhasil menemukan pita seluoid asli berisikan rekaman dinyanyikannya lagu indonesia raya di bulan september 1944, yang selama ini tersimpan di sebuah perpustakaan di Leiden, Belanda. Berikut ini ucapan beliau “Selama ini yang kita ketahu (sic) hanya Indonesia Raya dalam satu stanza. Nah ini yang tiga stanza seperti lirik yang saya sampaikan,” tegas pakar telematika Roy Suryo, Jumat (3/8/2007) di warung Bakmi Kadin, Yogyakarta. Padahal kalo kita mau cari di Internet… ternyata video tersebut telah lama diupload di YouTube.Com, salah satu layanan video hosting di Internet.

 [kml_flashembed movie="http://www.youtube.com/v/6QvyLkdl1_s" width="425" height="350" wmode="transparent" /]

Video tersebut ternyata telah 7 (tujuh) bulan lalu diupload oleh user yang bernama Arto4805. Melanjutkan dari beriya tersebut, lirik lagu dan gambaran suasana Indonesia zaman itu terekam dalam film seluloid asli yang dibuat pada bulan September 1944 (tahun Jepang 2604). Tiga bulan lalu, pria bernama asli KRMT Roy Suryo Notodiprojo, ini menemukan kembali seluloid rekaman asli itu di perpustakaan Leiden, Belanda. Yah, begitu dong Mas Roy, jangan kasus porno terus yang dibahas 🙂 [The Indiebrainer]

Laporan Seminar Open Source untuk Pendidikan di UNISSULA


Demi Haki, harga diri bangsa tergadaikan, kalimat tersebut sangat cocok untuk menggambarkan kondisi Indonesia saat ini. Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Haki Tahun 2003 maka penggunaan, penyebarluasan dan perdagangan software komputer ilegal dapat dikenai sangsi hukum. Karena itulah banyak pihak, mulai dari kantor pemerintahan, BUMN dan perusahaan swasta serta institusi pendidikan melakukan belanja software legal untuk mematuhi Undang-Undang Haki. Ternyata, dari proses belanja (lisensi) dan biaya berlangganan software tersebut, milyaran rupiah tersedot keluar negeri setiap tahunnya. Hal ini merupakan dampak dari ketergantungan sebagian besar rakyat Indonesia terhadap software berbayar mulai dari sistem operasi, pengolah kata, spreadsheet, aplikasi presentasi, desain grafis dan lain sebagainya.

Seminar Open Source

Padahal kalau kita mau mencari dan belajar, di dunia maya (Internet) terdapat banyak sekali solusi software bebas lisensi yang sengaja disebarluaskan secara gratis, hal ini tentu saja akan banyak membantu menyelamatkan milyaran rupiah agar tidak terbang ke negeri seberang. Namun tampaknya sebagian besar dari pengguna komputer belum mengetahui tentang solusi tersebut. Untuk itu pada hari Rabu, tanggal 25 Juli 2007, Jurusan Teknik Informatika Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA) Semarang mengadakan sebuah seminar bertajuk “Pemanfaatan Software Open Source untuk Dunia Pendidikan”. Acara yang dihadiri oleh sekitar seratus lima puluh peserta yang terdiri dari para guru dan siswa (SMP, SMU dan SMK) se-Kodya Semarang, mahasiswa, dan anggota komunitas Linux ini bertujuan untuk mensosialisasikan solusi software bebas dan berkode sumber terbuka yang disebut sebagai FOSS (Free Open Source Software) di lingkungan pendidikan. Karena sifatnya yang bebas dan berkode sumber terbuka, maka software ini dapat dikembangkan kembali dan dirubah kode programnya untuk disesuaikan dengan kebutuhan

Baca lebih lanjut