Arsip Tag: cooperative learning

Apa Perbedaan Utama PjBL dengan Model Pembelajaran Lainnya?


Siswa tengah melakukan penyelidikan terhadap masalah yang ada di sekitar lingkungan sekolah mereka

Siswa tengah melakukan penyelidikan terhadap masalah yang ada di sekitar lingkungan sekolah mereka

Ada sebuah pertanyaan yang sering sekali dilontarkan oleh peserta pelatihan IntelTeach Essentials Course (Project Based Learning), yaitu “Apakah perbedaan utama dari Project Based Learning (PjBL) dibandingkan dengan Problem Based Learning (PBL) atau model-model pembelajaran lainnya?”.

Sebenarnya saya pernah menulis tentang perbedaan ini, khususnya mengenai perbedaan Project Based Learning dan Problem Based Learning disini, namun ada baiknya juga saya memberikan penjelasan yang lain, agar pembaca mendapatkan gambaran yang semakin jelas.

Baca lebih lanjut

Kelase.Com, Free Private Social Network and Online Classroom for Your Educational Institution


Kelase-Screenshot-1

Internet users must be familiar with social networking services like Facebook which is so famous. Within Facebook, you can connect with friends, familiy and unknown people from all over the world. Kelase (from Javanese, which means “class”) has the primary function similar to Facebook, which is equally as social networking. The difference is, Kelase reserved for educational institutions, meaning that Kelase can only be accessed by members of the educational institutions itself (educators / teachers, parents and students). Services like this are usually called as a private social network (private social network).

With Kelase, your educational institution (schools, colleges, and non-formal education institutions) can have its own Facebook. School members can easily communicate using a computer/laptop, smartphone or tablet because Kelase specifically designed for mobile use. Kelase very safe for the children because it is private, where they will only communicate with members of the school, not with strangers as is commonly done with common and open social networking services.

Baca lebih lanjut

Bagaimanakah Menstrukturisasi Kerja dalam Kelompok Kecil?


Saya pernah melakukan pengelompokan siswa dalam pembelajaran di kelas dan memberi mereka tugas untuk dikerjakan bersama. Namun ada peserta didik yang aktif dan ada pula yang sangat pasif. Peserta yang aktif cenderung mendominasi sehingga beban pekerjaan tidak terbagi merata. Bagaimana mengatasi hal ini? Bagaimanakah agar kerja kelompok menjadi efektif?

Nah rekan pendidik dimanapun Anda berada agar kelompok kecil menjadi efektif, maka sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam menstrukturisasikan tugasnya. Sebelum menetapkan tugasnya, tujuan kegiatan perlu dinyatakan dengan jelas dan kegiatan tersebut perlu dijelaskan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak akan ada ambiguitas tentang hasil yang diharapkan dari tugas tersebut.

Guru perlu menjelaskan bahwa murid-murid diharapkan saling bekerja sama di dalam kelompoknya. Menurut Slavin (1993), tujuan itu perlu dijadikan tujuan kelompok untuk memfasilitasi kerja sama, yang perlu disertai dengan akuntabilitas individual untuk tugas yang dikerjakan guna menghindari efek “free-rider”. Kompetisi tertentu dengan kelompok-kelompok lain juga dapat membantu murid untuk bekerja sama dengan sesama anggota kelompoknya, demikian juga penggunaan shared-manipulative atau sarana seperti komputer. Baca lebih lanjut

Belajar Secara Kooperatif atau Kolaboratif?


Banyak yang menganggap pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sama dengan pembelajaran kolaboratif (collaborative learning). Namun beberapa pakar ada juga yang membedakannya. Nah, manakah yang benar?

Tulisan ini sebenarnya mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari para pendidik yang pernah mengikuti pelatihan pembelajaran aktif yang saya fasilitasi. Pertanyaannya adalah “Samakah pembelajaran kooperatif dengan kolaboratif? Lantas dimanakah perbedaannya?”. Untuk lebih jelasnya, mari kita kupas satu persatu. Baca lebih lanjut

Lomba Desain Pembelajaran Aktif dengan Satu Komputer di Kelas


Merupakan sebuah tantangan untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memanfaatkan jumlah perangkat komputer yang terbatas untuk dapat diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas. Namun tantangan tersebut ternyata telah dijawab oleh guru-guru binaan DBE2 USAID Jawa Tengah. Dalam lomba ini mereka menunjukkan bahwa mereka berusaha mengalahkan keterbatasan yang ada, meskipun dengan satu buah komputer, mereka mencoba mengintegrasikan ICT dalam proses pembelajaran aktif

Pada tanggal 20-22 Agustus 2008 yang lalu berlangsung Lomba desain pembelajaran aktif dengan satu komputer, yang merupakan follow up dari materi DALI (Developing Active Learning using ICT) yang telah diperoleh sebelumnya. Kegiatan yang berlangsung di Hotel Ciputra, Semarang ini dijadikan sebagai sarana kompetisi supaya setiap peserta dapat melakukan kreativitas semaksimal mungkin, dengan memperebutkan piala dari Provincial Coordinator DBE2 USAID Jawa Tengah. Dalam kegiatan ini setiap peserta dikelompokan berdasarkan gugus, dimana terdapat 10 gugus. Berikutnya masing-masing kelompok tersebut mendesain satu model pembelajaran aktif dengan satu komputer, ya hanya menggunakan satu komputer. Mereka merancang pembelajaran, membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), mendownload literatur bacaan di bse.depdiknas.go.id, menyiapkan Lembar Kerja (LK), menyiapkan presentasi, dll.

Di hari berikutnya, para peserta mensimulasikan pembelajaran dalam kegiatan microteaching. Dimana dari setiap kelompok, salah satu menjadi guru yang akan memperagakan model pembelajaran yang telah dirancang, peserta yang lain bertindak sebagai murid. Karena peserta terdiri dari 10 gugus, lomba ini dibagi menjadi dua babak, penyisihan dan final. Babak penyisihan diadakan di dua kelas, A dan B. Setelah diadakan pengundian, kelas A terdiri dari; Gugus Pratiwi Sudarmono, Gugus Diponegoro, Gugus Raden Mas Said, Gugus Sukun, dan Gugus Nusa Indah. Sedangkan kelas B terdiri dari 5 gugus juga yakni; Gugus Dwijo Utomo, Gugus Gajah Mada, Gugus Gatotkaca, Gugus Kartini, dan Gugus Ki Hajar Dewantara.

Masing-masing kelas akan diambil 2 peserta terbaik untuk maju ke babak final. Hasil penilaian dari juri memutuskan bahwa yang maju ke babak final adalah Gugus Pratiwi Sudarmono dan Gugus Nusa Indah dari Kelas A. Sedangkan kelas B diwakili oleh Gugus Gajah Mada dan Gugus Kartini.

Pada babak final ini, peserta digabung menjadi satu kelas. Urutan peserta yang maju ke babak final diundi lagi secara acak, dan urutannya adalah sebagai berikut: (1) Gugus Pratiwi Sudarmono, Tahunan, Jepara; (2) Gugus Kartini, Jatipuro, Karanganyar; (3) Gugus Gajah Mada, Nalumsari, Jepara dan (4) Gugus Nusa Indah, Klaten Utara, Klaten

Tampil sebagai juara I adalah Gugus Gajah Mada, disusul Gugus Pratiwi Sudarmono dan Gugus Nusa Indah masing-masing sebagai juara II dan III.

Selamat, semoga ini menjadi pemicu untuk berkarya lebih baik lagi!