Ujian Tutup Buku? Capek Deh…..


Saat masih menjadi mahasiswa (baik S-1 maupun S-2) saya paling malas jika harus bertemu dengan ujian yang sifatnya tutup buku (close book). Mungkin hal serupa juga dirasakan oleh sebagian besar mahasiswa dan mahasiswi di negeri ini. Mengapa ujian jenis ini menyebalkan? Karena dalam ujian jenis ini, mahasiswa harus benar-benar siap untuk menghadapinya, materi pelajaran harus dipastikan tersalin ke otak, padahal sebagian mahasiswa mengalami kesulitan apabila harus menghafal (termasuk saya). Padahal dalam dunia kerja nantinya-pun mereka (mahasiswa) tidak akan perlu untuk menghafal dan menutup buku, tetapi mereka berkesempatan untuk membuka bukunya kembali apabila menemui kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan di dunia kerja.

Dunia kerja tidak hanya membutuhkan kecerdasan pribadi seperti halnya yang berlaku dalam ujian tutup buku. Dalam ujian jenis ini, mahasiswa dilarang untuk saling mencontek, atau meniru hasil pekerjaan temannya. Padahal yang dibutuhkan dalam dunia kerja adalah kerjasama antar pribadi, leadership (kepemimpinan) dan dinamika kelompok yang jelas tidak tercermin dalam jenis ujian tutup buku. Konsep ujian tutup buku, menurut saya hanya cocok bagi pendidikan dasar saja, terutama untuk mata pelajaran yang menuntut porsi menghafal yang besar. Sedangkan bagi pendidikan tinggi dan menengah, model ini sudah tidak perlu lagi.

 

Sebagai solusinya para pengajar dapat menggunakan model evaluasi pembuatan portfolio (baik dikerjakan sendiri atau secara kelompok). Setelah tugas tersebut jadi, siswa diwajibkan untuk mempresentasikan di depan kelas untuk kemudian siswa akan mendapat pertanyaan dari guru/dosen dan teman-temannya untuk mengukur tingkat pemahaman akan materi yang disampaikan. Namun, untuk model seperti ini ada beberapa catatan untuk menjamin proses evaluasi berlangsung optimal, yaitu :

Pertama, usahakan tema tugas yang diberikan kepada siswa/kelompok siswa berbeda satu dengan lainnya. Karena tema tugas yang sama akan berpotensi menimbulkan plagiatisme.

Kedua, ada baiknya proses evaluasi tidak dilakukan pada waktu yang pendek (misalnya hanya satu hari, seperti ujian tutup buku), namun proses evaluasi hendaknya dilakukan pada jangka waktu lama, misalnya dalam 3 (tiga) kali pertemuan di kelas, dimana pada pertemuan pertama dilakukan pembagian judul dan kelompok, kemudian pada pertemuan kedua dilakukan bimbingan tugas (menampung pertanyaan yang diajukan kelompok seputar pengerjaan tugas) dan pertemuan ketiga merupakan sesi presentasi dan evaluasi final. 

Ketiga, sediakan sarana dan prasarana evaluasi yang memadai. Ketersediaan laptop dan LCD proyektor dalam kegiatan presentasi akan membangkitkan semangat tersendiri pada mahasiswa. Mereka akan lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas dan melakukan presentasi.Lewat paradigma student sentris mungkin masih banyak metode evaluasi yang dapat kita gunakan selain metode evaluasi diatas. Sebagai pengajar tentunya, saat ini yang perlu dilakukan adalah mengajari mereka cara belajar bukan mencekoki mereka dengan doktrin searah. Mungkin Anda punya pengalaman lain, ayo berbagi!

3 komentar di “Ujian Tutup Buku? Capek Deh…..

  1. lowo Desember 3, 2006 pukul 7:09 am Reply

    paling menyebalkan kalo pas ujian tutup buku pada matkul eksak
    lhawong buka buku aja masih mumet, apalagi kalo tutup buku… 😦
    maklum.. daya hafalan rendah.. heheheh

  2. Gora Desember 3, 2006 pukul 7:18 am Reply

    Mas Lowo, padahal ngga semua yang diajarkan dan diuji nantinya dipake di dunia kerja… Sungguh tragis negeri ini..

  3. daniel November 13, 2008 pukul 5:35 pm Reply

    bener banget lagipula yang sifatnya open book tu hanya berpaku pada ilmu yang diberi oleh dosen yang bersangkutan sedangkan pengembangannya lebih sedikit padahal porsi kita sebagai mahasiswa yang notabennya sebagai maha seharusnya menguasai materi dari diri kita sendiri lebih dominan. tapi permasalahannya dosen pun terkadang memiliki pemahaman yang kurang juga terhadap ilmu or bidang tersebut, terkadang dosen mendapatkan tugas mengajar tidak sesuai dengan bidang nya, sedangkan dosen saja bila menjelaskan harus membuka power point nya tuk presentasi tidak da hal itu maka kuliah ditiadakan pada hari tersebut. ini merugikan kita sebagai mahasiswa. bagaimana penyelesaian permasalahan ini.kepada pihak yang bertanggung jawab dan membaca kommen in mohon beri solusi yang tepat. hubungi saya di 08988209085 demi kemajuan pendidikan di indonesia, hidup mahasiswa. hidup perubahan.

Tinggalkan Balasan ke Gora Batalkan balasan